Waspadalah.....Waspadalah.....!!! Kampus UHO Bukan Tempat yang Aman Untuk Helm

 Universitas Halu Oleo adalah salah satu kampus dengan pengguna kendaraan roda dua paling banyak dibanding roda empat baik pete-pete atau mobil pribadi. Mulai dari pagi hari hingga jauh malam tampak kendaraan - kendaraan tersebut lalu lalang di dalam dan luar kampus.

Kala itu mentari telah bersinar, Mereka berpijak melintasi berbagai jalur - jalur jalan raya menuju satu tempat. Terlihat aktifitas civitas akademika dan masyarakat meramaikan sudut - sudut Universitas Halu Oleo. Masing - masing mempunyai kesibukan dengan urusan berbeda - beda. Khusus dalam lingkungan kampus, diramaikan oleh civitas akademika dengan berbagai fakultas dan gedung - gedung yang berdiri kokoh di UHO.

Hingga parkiran - parkiran yang terdapat di setiap pelataran fakultas mulai terisi dengan kendaraan - kendaraan pribadi. Dosen dan Staf yang mengendari mobil dan kalangan mahasiswa notabene mengendari motor.

Beragam jenis motor yang digunakan oleh mahasiswa, mulai dari motor yang masih utuh bentuknya, sampai yang dibilang motor tinggal rangka. Mulai dari yang memakai helm, sampai yang tak memakai helm. Namun, jika kita lihat dari segi keamanan pengendara motor, baiknya menggunakan helm sebagai pelindung kepala. Dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun apapun yang menjadi pilihan mereka, maka konsekuensi ada pada dirinya masing-masing pula.

Pagi menjelang siang, hiruk pikuk kendaraanpun semakin ramai, baik roda dua maupun roda empat. Namun, selalu ada penampakan yang berbeda di parkiran setiap fakultas. Raut wajah bahagia dengan canda dan tawa bersama teman-teman ketika keluar dari kelas. Namun setelah mengikuti perkuliahan dengan seketika akan berubah menjadi amarah dan sedih yang bercampur aduk.

Ada pula yang tampak sedih walaupun kuliah telah usai.
Mengapa demikian? bukan kah ketika kuliah telah usai, raut wajah senang seharusnya menyinari muka dan mengiasi kebersamaan dengan para sahabat - sahabat?
Hal tersebut hanya di alami oleh beberapa mahasiswa yang mengalami frustasi karena kehilangan. Sebab terkadang ada hal yang tidak diinginkan, akan terjadi. Konsekuensi yang harus tetap di terima ketika kehilangan menimpa kita. (kehilangan yang di maksud bukan kehilangan pacar, tapi kehilangan helm)



Sesekali dijumpai mahasiswa yang kehilangan helm nya. Segala umpat dan sumpah serapah keluar, entah kepada siapa ditujukan. Karena tidak ada yang dapat dituduh sebagai orang yang telah mengambil helm. Lagi pula dengan mengeluarkan umpat dan sumpah serapan tak dapat mengembalikan barang yang sudah hilang di curi, malah menambah dosa (marah - marah tidak jelas begitu eee...)

Lalu yang terus menjadi pertanyaan adalah siapa yang telah mengambil helm secara diam-diam? Karena setiap hari pagi sampai sore, parkiran setiap fakultas itu tidak pernah kosong. Selalu ada mahasiswa yang sekedar duduk santai setelah perkuliahan atau menunggu perkuliahan selanjutnya.

Memang terkadang yang harus disalahkan bukan pengambil helm (pencuri) yang sengaja, namun bisa jadi si pemilik motor yang salah. Sudah tahu helm rawan kecurian, eh... malah disimpan di atas motor tanpa memastikan keamanannya. Kan sama saja, memberi kesempatan untuk diambil helmnya.

Seperti ungkapan Bang Napi "Kejahatan terjadi bukan hanya karena niat pelaku tetapi juga karena adanya kesempatan, WASPADALAH... WASPADALAH". Namum peringatan dari Bang Napi seakan dilupakan. Seharusnya mahasiswa menyadari keamanan helm itu supaya tidak ada kesempatan bagi pencuri untuk mencuri helm.

Walaupun "si A" mencuri karena adanya kesempatan, pencuri tetaplah pencuri. Bau busuk tetap tercium serta sanksi sosial, agama dan hukum tetap menanti jikalau "si A" terbukti sebagai pencuri helm.

Akan tetapi, sepandai-pandai apapun pemilik mengamankan helm, toh akan dicuri juga. Karena pencuri sekarang itu lebih cerdik dari yang kita pikirkan. Hal tersebut senada dengan keterangan dari beberapa pelaku pencurian motor yang telah tertangkap tangan dalam beroprasi, trik yang mereka terdiri dari tiga cara ;

Pertama, awalnya si pencuri seolah-olah seperti pemilik helm. Dengan sengaja mengambil helm yang biasa disimpan begitu saja di motor, helm ludes sekejap mata. Kedua jika helm dikaitkan pada bagian dalam motor biasanya masih bisa diambil, caranya dengan digunting pengaitnya.

Namun ada cara yang ketiga, cara ini yang lebih klasik di gunakan. Ibarat hukum rimba yang dulu berlaku "homo homini lupus", manusia adalah srigala bagi manusia lainnya. Hukum rimba itu pun terulang jika rasa ingin balas dendam telah menyelimuti hati dan pikiran sesorang. Seperti si A yang awalnya kehilangan helm (korban) pada hari senin, lalu si A tiba - tiba beralih dari korban menjadi pelaku dengan mencuri helm si B sebagai ganti dari helmnya.

Kejadian ini paling banyak dialami oleh mahasiswa yang kehilangan helmnya. Sekarang cara yang paling aman untuk helm adalah disimpan dalam bagasi motor. Namun pertanyaannya bahwa,apakah semua jenis motor bisa menyimpan helm di dalam bagasi? Kan tidak semua motor. Lalu, pemilik helm harus bagaimana. Tidak mungkin mereka tidak memakai helm. Sementara helm adalah kelengkapan utama bagi pengendara motor.

Tetap waspada dengan kejadian seperti ini dan jangan dianggap remeh. Jangan karena sudah kecolongan baru dijaga. Lebih baik dijaga dan diamankan dari sekarang. Entah siapa yang menjadi oknum pencurian helm adalah masalah saat ini di kampus.

Kiranya sangat penting untuk meningkatkan keamanan parkiran dengan memberdayakan security. Karena pada kenyataan setiap fakultas ada security nya, namun rasanya tak berjalan efektif. Seharusnya, security harus membantu mengamankan parkiran dari oknum-oknum pencuri helm.

Butuh keasadaran tinggi pemilik tentang kemanan helm serta ditunjang dengan pengadaan sekurang-kurangnya tukang parkir yang dibiayai oleh UNIVERSITAS. Semoga bisa terealiasasi dan oknum pencuri helm bisa dibekuk, sehingga tak meresahkan mahasiswa.


Penulis ;
Asriani, Mahasiswa Fakultas Hukum UHO dan
Ketua Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bumi Anoa

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.